23 Mar 2014

“Agnes Mo apa?”

Saya tergelitik dengan sebuah berita online tentang Agnes Monica yang ditinggalkan banyak penontonnya ketika tampil di Java Jazz 2014. Saya memang tidak datang di konser itu, jadi yang saya lakukan adalah mencoba menebak – nebak, kira – kira kenapa ya?

Soal suara, saya rasa kualitas suaranya bagus. Bukan karena saya dia salah satu penyanyi yang saya sukai tapi memang kualitas suaranya sangat memadai untuk disebut sebagai penyanyi professional. Salah satu komentar dari pembaca berita online ini menganganggap bahwa genre suara Agnes bukan jazz, jadi seperti memaksakan diri ketika tampil. Namun bagaimana dengan JKT48 yang juga perform di acara itu, genre mereka justru lebih jauh dari jazz. Pakaian yang dipakai dianggap lebih “normal” daripada pakaian yang akhir–akhir ini menjadi pilihannya. Musik yang mengiringinya pun saya yakin tidak dibuat asal-asalan.
Mencari tahu bagaimana performance Agnes Monika saat itu tanpa ada yang bisa ditanya, seperti berada di ruang ujian, kebingungan menjawab soal ujian sementara semua patuh dengan peraturan dilarang mencontek, akhirnya hanya bisa cap cip cup kembang kuncup. Selanjutnya adalah mencoba menempatkan diri pada sisi Agnes Monica dan sisi penonton.

Sebagai seorang penyanyi professional, Agnes Monika tentu akan menampilkan penampilan terbaik. Karena ini adalah event jazz, maka dia tidak akan melakukan gerakan jungkat–jungkit seperti ketika menyanyikan “Tak Ada Logika” atau bergoyang seksi seperti ketika dia menyanyikan “ coke the bottle” yang katanya menembus Top 40 di Amerika. Agnes berusaha menemukan soul jazz dalam penampilannya. Total? Itu pasti! Keluar dari trade marknya membuat sebagian penonton suka dan sebagian sekedar mau tahu saja (kelompok ini yang saya prediksi memilih keluar).

Dari sisi penonton, mereka mempunyai ekspektasi yang tinggi dengan penampilan Agnes Monica, karena beritanya sudah pada tahapan go international. Kemudian yang dilihat adalah Agnes dalam kualitas dan bentuk yang sama, yang berbeda hanyalah namanya tanpa Nica yaitu Agnes Mo. Nah Mo ini kemudian menjadi “ Agnes Mo nyanyi ngejazz !” ya Cuma mau nge-jazz saja, semacam bertanya “Mo kemana?”
Yapp, pada akhirnya semua hanyalah perkiraan saya. Tapi kalau dipikir-pikir, tidak ada salahnya kok mencoba sesuatu yang baru atau mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap suatu hal. Boleh kok tiba-tiba kita memakai baju polkadot padahal biasanya rapi ala pegawai kantoran atau mempunyai ekspektasi mendapat IP 4 padahal otak sempit dan mudah lupa (itu mah saya yang tidak tahu diri hehehe). Cuma yang harus disadari bahwa setiap orang mempunyai zonanya masing–masing. Kita harus tahu sejauh mana zona kita bisa melebar atau menyempit sehingga kita tidak perlu gusar ketika apa yang kita coba atau ekspektasikan jauh dari perkiraan. Repot ya? Ya sudahlah yang penting #akurapopo (Christian)


5 Maret 2014

0 komentar:

Posting Komentar